← Back to portfolio

Kisah Edgar Xavier : Dua Emas Terakhir untuk Ayah ◾ Atlet Wushu Sea Games 2019

Published on




Edgar Xavier Marvelo adalah Atlet Wushu yang berasal dari Jakarta, awal ketertarikannya pada seni bela diri berawal karena kegemarannya menonton film aksi Jet Li, Bruce Lee hingga Jackie Chen. Pria kelahiran 16 Desember 1998 ini di usia 6 tahun sudah mulai berlatih Wushu. Bahkan untuk meningkatkan kemampuannya, ketika di sekolahpun ia mengikuti ekstrakulikuler Wushu dan juga bergabung dengan sasana Harmoni Wushu Indonesia yang melatihnya hingga menjadi Atlet profesional.

Pria yang akrab disapa Marvelo ini meraih prestasi pertamanya di usia 13 tahun, dalam ajang Kejuaraan Wushu Dunia tingkat junior, ia meraih medali emas. Tak puas sampe disitu,dalam Asean School Games 2014 dan Kejuaraan Wushu Junior 2015, Ia pun sukses meraih emas dan menjadikannya menjadi atlet wushu muda yang diperhitungkan.

Saat memasuki 18 tahun, Ia akan bertanding dengan atlet wushu senior yang sudah lebih kaya pengalaman dari dirinya, namun hal tersebut membuatnya berlatih lebih keras. Kejuaraan Wushu dunia 2017 Kazan di Rusia jadi pembuktian kemampuannya, Ia membawa pulang Perak untuk Indonesia, dan di tahun yang sama, dalam ajang SEA games di Malaysia Edgar pun memperoleh Perunggu. Saat berlomba di rumah sendiri pada Asian Games 2018 di Indonesia, pria yang hobi traveling ini meraih medali Perak di kelas Cangquan.

Sobat Nimo pada ajang SEA Games Filipina inilah ajang pembuktian Edgar, namun sebelum dirinya bertanding kabar duka menghampirinya, pada selasa dini hari Ayahanda Edgar meninggal dunia. Hal tersebut ternyata tidak terlarut dalam kesedihan, dengan mantap Ia memilih tetap bertanding dan memberikan yang terbaik untuk Negara dan mendiang ayahnya. Dilansir CNNIndonesia.com Keputusannya itu diambil karena Ia teringat dengan pesan ayahnya beberapa waktu lalu yang memintanya untuk tidak boleh berhenti berusaha dan berjuang meraih prestasi.

Pada kelas Daoshu/ Gunshu yang dilombakan pagi harinya Edgar merebut medali emas setelah mengumpukan poin 9.68. Tak lama berselang di kelas Duilian putra bersama Seraf Naro Siregar dan Haris Horatius, Edgar mendapatkan medali emas keduanya.

Pada penyerahan medali emas kedua inilah tangisan Edgar tidak terbendung, ia menangis karena teringat ayahnya, dalam postingannya di Instagram pun dia menulis “dua Medali Emas untuk Papa”. Bahkan saat turun podium Ia langsung dipeluk ibunya Neneng Surosi yang saat itu hadir di Manila, tangis ibunya pecah dipelukan Edgar yang berbalutkan bendera Merah Putih.

Pengorbanan Edgar demi merah putih ini mendapatkan Apresiasi dari Kemenpora, melalui Sesmenpora, Gatot S Dewabroto menyampaikan rasa belasungkawa dan apresiasi dalam wawancara dengan CNN Indonesia Gatot mengatakan ”Di luar dugaan kami perjuangan dan semangat Edgar mengalahkan segala-galannya, bukan tidak cinta dengan almarhum papanya, tapi untuk sementara dia betul-betul fokus. Paling tidak ini menjadi Inpirasi bagi atlet-atlet lain, rasa cinta keluarga itu penting, tapi saat dituntut berkontribusi bagi negara Edgar nelakukan pengorbanan yang luar biasa”.

Turut berduka Edgar, semoga menjadi Inspirasi Atlet yang tetap berjuang meraih yang terbaik walaupun kondisi hati berduka.